Data Terkini, 10 Korban Tewas dan 103 Selamat dari Robohnya Ponpes Al Khoziny!

Jumat 03 Oct 2025 - 20:07 WIB
Reporter : Yanti D.P
Editor : Yanti D.P

“Diduga fondasi tidak kuat sehingga bangunan dari lantai empat runtuh hingga lantai dasar,” ujarnya.

Arsitek sekaligus dosen Binus University, Denny Setiawan, menekankan pentingnya audit menyeluruh terhadap struktur bangunan.

Ia mempertanyakan apakah pembangunan melibatkan tenaga ahli seperti insinyur sipil atau arsitek, serta apakah metode pengecoran telah sesuai standar.

“Jangan-jangan triplek yang digunakan berkualitas rendah, sehingga mudah ambruk,” katanya.

BACA JUGA:Kacau! Dari 8.583 Dapur MBG, Baru 34 yang Bersertifikat: KSP Qodari Ingatkan Hal Penting ini

BACA JUGA:Polisi Berhasil Tangkap Hacker Bjorka, Netizen Malah Curiga Usai 'Bjorka Lain' Singgung ini di Story IG

Denny juga menyoroti kemungkinan fondasi yang terlalu kecil dan tipis, yang seharusnya hanya menopang dua lantai, bukan tiga atau empat.

Ia menambahkan bahwa jika bangunan memiliki IMB atau PBG, maka seharusnya perencanaan melibatkan ahli konstruksi.

CEO SobatBangun, Taufiq Hidayat, turut menegaskan bahwa bangunan yang roboh tanpa faktor bencana alam kemungkinan besar memiliki struktur yang lemah.

Ia menjelaskan bahwa beton baru mencapai kekuatan maksimum setelah 28 hari, meski bisa diinjak sebelumnya.

BACA JUGA:BP-Vivo Ogah Beli BBM Pertamina, Gegara Etanol 3,5 Persen, Benarkah Bisa Merusak Mesin?

BACA JUGA:Pernyataan Zulhas Sebut Udang Beku Radioaktif Aman Dikonsumsi Tuai Kritik Netizen: Suruh Keluarganya Makan!

“Kalau mau melihat secara adil, proses pembangunannya harus ditelusuri,” tegasnya.

Pakar teknik sipil dari ITS, Mudji Irmawan, menyebut bahwa bangunan tersebut tidak dirancang untuk bertingkat.

Awalnya hanya satu lantai, namun seiring bertambahnya jumlah santri, lantai dua dan tiga ditambahkan tanpa perhitungan teknis yang matang.

“Beban terus ditambah tanpa perencanaan sejak awal, ini tidak sesuai kaidah teknis,” ujarnya.

Kategori :