Luhut sebut pihaknya juga turun ke lapangan untuk mengecek langsung data-data yang diberikan oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Ia menyebutkan BGN akan terus berupaya lakukan perbaikan termasuk serapan anggaran yang sudah membaik dan penyerapan lapangan kerja sudah mencapai 380 ribu orang.
Dalam waktu tiga bulan ia yakin hasilkan jadi lebih baik.
"Ya masih ada yang kurang tentu, tapi saya kira kita jangan terus berharap dalam 6 bulan terus beres semua, ya tidak mungkin lah. Tapi kalau 3 bulan ke depan, saya yakin akan jauh lebih bagus dari sekarang ini. Dan saya suka tadi itu penyerapan lapangan kerja," terang Luhut.
BACA JUGA:Dapur MBG Diisi 47 Anggota Keluarga, DPR Bongkar Dugaan Monopoli Tenaga Kerja
Sebelumnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto kini tengah jadi sorotan publik.
Harapan besar untuk meningkatkan gizi masyarakat terutama anak sekolah dan kelompok rentan, justru berubah jadi masalah serius setelah ribuan orang mengalami keracunan massal.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, akhirnya mengakui adanya kelemahan besar di lapangan.
Ia menyebut banyak dapur penyedia makanan atau Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi (SPPG) belum memiliki standar sanitasi air yang baik sehingga memicu kasus keracunan.
“Dari kejadian di berbagai tempat, tampak juga bahwa belum semua air di SPPG memiliki sanitasi yang baik,” ujar Dadan, dikutip dari Tempo.co.
BACA JUGA:Marak Keracunan, Orang Tua Murid Tolak Terima Program MBG, Kepala BGN Berikan Respon: Kita Hormati
Ia menambahkan, karena itu Presiden memerintahkan agar di seluruh SPPG disediakan alat sterilisasi.
Kasus yang terjadi dalam dua bulan terakhir menunjukkan bahwa dapur-dapur penyedia MBG memang belum siap sepenuhnya menjalankan standar kebersihan yang ketat.
Contohnya di Bandung, meski dapur SPPG dinilai tertata rapi, ternyata prosedur pencucian peralatan makan tidak dilakukan sesuai aturan.