Namun, hasil lengkap autopsi masih dirahasiakan oleh penyidik karena termasuk bagian dari proses penyelidikan.
Polisi menegaskan, proses hukum masih berjalan dan sejumlah saksi sudah diperiksa.
“Kami telah lakukan olah TKP di sekolah dan proses pemeriksaan saksi-saksi. Sebanyak 9 saksi sedang diperiksa, baik dari teman korban maupun pihak sekolah,” jelas Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, dikutip dari detikJateng.
Dari keterangan keluarga dan sejumlah saksi, sebelum meninggal Angga diduga menjadi korban perundungan di sekolah.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Hamas-Israel: Truk Bantuan Mulai Masuki Gaza, Harapan Baru untuk Warga Palestina
Tiga minggu sebelum kejadian, bocah 12 tahun itu bahkan sempat absen karena takut bertemu teman-teman yang kerap mengolok dan memukulnya.
Tragisnya, dugaan kuat menyebut bahwa hari nahas itu Angga diajak berduel satu lawan satu oleh salah satu temannya.
Duel tersebut justru berujung maut setelah Angga mengalami benturan keras di kepala dan tengkuk.
Suasana haru mewarnai pemakaman Angga di TPU Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer, Minggu siang (12/10/2025). Tangis keluarga pecah ketika peti jenazah diturunkan ke liang lahat.
Sang ibu, Ike, terlihat terpukul dan hanya bisa melamun di depan pusara putra sulungnya, sementara sang ayah, Sawindra, harus memapah istrinya yang nyaris pingsan.
BACA JUGA:Nyerah, Keluarga Kecewa Terkait Kasus Dugaan Pengedaran Narkoba Ammar Zoni di Lapas Salemba: Pusing!
“Permintaan terakhir Angga cuma ingin dibelikan perlengkapan sepak bola. Dia bercita-cita jadi pemain bola,” ucap Sawindra, dikutip dari iNews.ID.
Polres Grobogan kini membentuk tim khusus untuk menyelidiki dugaan penganiayaan ini.
Selain memeriksa saksi, penyidik juga berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk memberikan trauma healing kepada siswa-siswa yang menyaksikan kejadian tersebut.