Teuku Faisal menjelaskan bahwa terbentuknya siklon ini terjadi akibat anomali atmosfer, perubahan cuaca, dan suhu yang tidak biasa di Selat Malaka.
Suhu perairan yang relatif hangat memperkuat pembentukan awan hujan, sehingga meskipun Siklon Senyar termasuk kategori paling rendah, dampaknya sangat besar.
Teuku Faishal menjelaskan bahwa siklon terjebak di antara daratan Sumatera dan Semenanjung Malaysia, berputar di wilayah tersebut sehingga hujan lebat terjadi lebih dari dua atau tiga hari.
BMKG menekankan pentingnya koordinasi dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana hidrometeorologi di masa depan.
Kepala daerah diharapkan lebih responsif terhadap informasi BMKG melalui pos atau koordinator di tiap provinsi.
“Ada lima balai besar yang kami miliki, itu memiliki wewenang untuk memberikan warning langsung ke provinsinya. Bisa diundang untuk diajak berdiskusi bagaimana persiapan-persiapan ancaman berikutnya,” kata Teuku Faisal.
Bencana banjir dan longsor di Sumatera menjadi peringatan bahwa perubahan iklim dan cuaca ekstrem memerlukan perhatian serius.
Curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat menunjukkan risiko bencana yang meningkat.
BACA JUGA:Update Korban Banjir dan Longsor Sumut: 166 Tewas dan 143 Orang Masih Dalam Proses Pencarian
BACA JUGA:Viral! Bantuan Tak Kunjung Datang, Warga Terdampak Banjir di Sibolga-Tapteng Nekat Jarah Minimarket
BMKG mengingatkan bahwa koordinasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang.