Mendagri Tito Karnavian Usut Proses Perizinan Gedung Terra Drone: Risikonya Tinggi, Kenapa Dianggap Rendah?

Rabu 10 Dec 2025 - 19:30 WIB
Reporter : Yudha IP
Editor : Yudha IP

Proses perizinan gedung saat ini diatur dalam mekanisme Online Single Submission (OSS) yang dikembangkan Kementerian Investasi/BKPM melalui Undang-Undang Cipta Kerja.

Sistem ini membagi kategori bangunan dalam risiko rendah, sedang, dan tinggi. Untuk risiko rendah, SLF dan PBG dapat terbit otomatis tanpa pemeriksaan lapangan.

Di sinilah Tito mengindikasikan adanya potensi kelalaian administratif yang membuat Terra Drone lolos tanpa verifikasi yang semestinya.

“SLF ini adalah bagian dari untuk mengeluarkan PBG. Yang mengeluarkannya adalah Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, namanya DPM-PTSP. Itu adalah milik dari Pemda,” jelas Tito. 

BACA JUGA:Tahun Depan, Kuota LPG 3 Kg Bakal Dikurangi, Pemerintah Susun Perpres Pendistribusian

BACA JUGA:Bendahara Unit Donor Darah (UDD) PMI Muara Enim 'Pemain Tunggal' Dugaan Korupsi Ratusan Juta ?

Ia menegaskan akan menurunkan tim dari Inspektorat Jenderal Kemendagri untuk mengusut proses penerbitan izin tersebut, termasuk apakah ada pelanggaran prosedur atau kelalaian dalam tahapan verifikasi.

Kunjungan Tito ke lokasi kebakaran juga dihadiri Wali Kota Jakarta Pusat Arifin, Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Bayu Meghantara, serta Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombespol Susatyo Purnomo Condro.

Dalam kesempatan itu, Tito menekankan pentingnya pemeriksaan berkala terhadap bangunan, terutama gedung-gedung yang memiliki risiko tinggi kebakaran.

“Misalnya setahun sekali atau dua tahun sekali. Kalau kendaraan umum kan ada uji KIR-nya,” ujarnya. Ia pun mempertimbangkan penerapan mekanisme serupa bagi gedung-gedung tinggi dan gedung berisiko tinggi di seluruh Indonesia.

BACA JUGA:Baru Nyala 60 Persen, Bahlil Lahadalia Minta Maaf Soal Listrik Aceh yang Belum Pulih Total

BACA JUGA:Mensos Ingatkan Artis & Influencer Soal Donasi Bencana Banjir Sumatera: Sebaiknya Izin Dulu

Dari sisi teknis kebakaran, Tito menyoroti ketiadaan jalur evakuasi yang memadai, terutama mengingat titik api berada di lantai satu sehingga memutus akses keluar bagi karyawan yang bekerja di lantai atas.

“Kita melihat dengan mudah sekali bahwa kalau terjadi di lantai 1, maka yang di atasnya enggak akan bisa ke mana-mana. Karena memang enggak ada jalan untuk turun,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Bayu Meghantara memastikan bahwa total korban jiwa mencapai 22 orang, terdiri dari tujuh pria dan 15 wanita.

Seluruh korban meninggal akibat kehabisan oksigen sebelum berhasil dievakuasi.

Kategori :