Israel Bombardir Doha! PM Qatar Murka, Sebut Netanyahu ‘Narsis’! Siapkan Serangan Balasan?

PM Qatar Al-Thani murka atas aksi Israel membombardir Doha dengan menyebut PM Israel Netanyahu ‘Narsis’, serta tegaskan berhak tanggapi serangan Israel.--kolase @AzzamIzzulhaq dan gco.gov/x
BACAKORAN.CO – Aksi Israel membombardir Doha pada Selasa (9/9/2025) membuat Perdana Menteri (PM) Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani murka.
Al Thani pun melontarkan kecaman keras terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu yang disebutnya “narsis dan berbahaya”.
“Serangan ini bukan hanya pelanggaran hukum internasional, tapi juga (penghinaan terhadap) standar moral,” tegas Al-Thani seperti dilansir dari CNN.
Ia menyebut serangan rudal Israel sebagai sebuah ironi terhadap sebuah negara yang justru berperan sebagai mediator resmi perdamaian Gaza.
BACA JUGA:Bali Dilanda Banjir Besar, 2 Korban Meninggal, Jalan Raya Gilimanuk-Denpasar Lumpuh
BACA JUGA:Derasnya Hujan Picu Longsor dan Banjir di Bali, Dua Warga Jembrana Tewas Terseret Arus
“Bagaimana mungkin negara yang hadir di meja mediasi justru mengirimkan rudal ke tuan rumahnya? Standar moral apa yang tersisa di sini?” sindirnya tajam.
Korban Jiwa dan Ancaman Balasan
Serangan Israel itu dilaporkan menewaskan seorang pejabat keamanan Qatar dan lima anggota Hamas. Al-Thani menegaskan negaranya berhak membalas dan kini sudah membentuk tim hukum internasional untuk meninjau langkah selanjutnya.
“Kami tidak akan membiarkan tindakan seperti ini berulang,” tegasnya.
BACA JUGA:Qatar Bantah Pengakuan Trump Informasikan Rencana Serangan Israel ke Doha, Bilang Begini!
BACA JUGA:Yudo Sadewa Anak Menkeu Minta Maaf Usai Viral Tuding Sri Mulyani Agen CIA: Hanya Bercanda sama Teman
Guncangan di Meja Perundingan Gaza
Qatar, yang selama ini menjadi mediator utama gencatan senjata Gaza bersama dukungan AS, menyebut serangan ini mengubah dinamika perundingan secara drastis.
Meski begitu, Al-Thani memastikan diplomasi Qatar tidak akan goyah.
“Mediasi adalah bagian dari identitas Qatar. Kami tidak akan meninggalkan peran ini hanya karena perilaku negara seperti Israel,” ujarnya lantang.