BACAKORAN.CO - Tagar #SavePapua dan #SaveRajaAmpat tengah menjadi trending di media sosial, khususnya di platform X, seiring meningkatnya kekhawatiran publik terhadap dampak penambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat.
Wilayah yang dikenal sebagai “surga dunia” karena keindahan terumbu karang dan biodiversitasnya kini terancam oleh aktivitas tambang nikel yang memicu deforestasi, erosi, dan polusi lingkungan.
Pada 3 Juni 2025, warga Raja Ampat bersama aktivis Greenpeace Indonesia menggelar protes di acara Indonesia Critical Minerals Conference di Hotel Pullman, Jakarta.
Mereka meneriakkan slogan “Save Raja Ampat!” dan “Papua bukan tanah kosong!” untuk menentang ekspansi tambang nikel di pulau-pulau kecil seperti Gag dan Kawe.
Aksi ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa penambangan nikel telah menghancurkan lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami di Raja Ampat.
BACA JUGA:Heboh! 19 Napi Nabire di Papua Tengah Kabur, 3 Petugas Diserang dan Terluka
BACA JUGA:Save Raja Ampat Viral, Pemerintah Baru Bertindak, Ambil Langkah Ini!
Penambangan nikel ini menyebabkan erosi, sedimentasi pesisir, dan ancaman terhadap ekosistem karang yang menjadi andalan pariwisata dan kehidupan lokal.
Menurut Greenpeace Indonesia, eksploitasi nikel di Raja Ampat tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengganggu kehidupan masyarakat adat yang bergantung pada alam untuk bertahan hidup.
Warga setempat melaporkan bahwa air bersih semakin sulit didapat, perkebunan rusak, dan perairan tercemar akibat limbah tambang.
Dampak Penambangan Nikel di Raja Ampat
Raja Ampat, yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata bahari terbaik di dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat pertambangan nikel.
BACA JUGA:Raja Ampat, Pulau Dengan Surga Bawah Laut Tercantik di Dunia, Ini 5 Spot Terbaiknya
Berikut adalah fakta-fakta terkait dampaknya berdasarkan sumber terpercaya:
Deforestasi dan Erosi dari aktivitas tambang telah membabat ratusan hektare hutan, menggantikan vegetasi alami dengan lahan tandus.