Negara harus mencetak ulang uang, memperbarui sistem perbankan dan akuntansi, serta menjalankan kampanye sosialisasi nasional agar masyarakat tidak kebingungan dalam penggunaan nominal baru.
“Semua itu butuh dana besar, waktu lama, dan tenaga kerja tambahan,” katanya menambahkan.
Pandangan serupa disampaikan Achmad Nur Hidayat, ekonom dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta.
Ia menilai kebijakan ini lebih mirip upaya mempercantik citra ekonomi ketimbang memperkuat fondasi ekonomi rakyat.
BACA JUGA:Menkeu Purbaya Balas Kritikan Hasan Nasbi: Gaya Komunikasi ‘Koboi’ Justru Naikkan Kepercayaan Publik
“Redenominasi seolah ingin memberi kesan 'ekonomi kita sudah siap'. Padahal, kesiapan sejati bukan diukur dari panjang pendeknya angka di mata uang, melainkan dari ketahanan ekonomi masyarakat dan efektivitas kebijakan publik,” ujarnya.
Menurut Achmad, perubahan nominal tidak otomatis membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi, atau lapangan kerja.
Ia bahkan menyebut, dalam konteks Indonesia, kebijakan ini bisa membingungkan masyarakat yang masih terbiasa dengan angka besar.
Jika tidak disertai sosialisasi masif, perubahan nominal bisa menimbulkan persepsi salah mengenai penurunan nilai uang, sehingga berpotensi mengguncang psikologis pasar.
Menanggapi berbagai kritik tersebut, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kebijakan redenominasi belum akan diterapkan dalam waktu dekat.
BACA JUGA:Menkeu Purbaya Ungkap Rencana Tambahan Dana Rp200 Triliun ke Himbara, Ini Alasannya
Pemerintah baru menyiapkan dasar hukumnya, sementara pelaksanaan penuh akan diserahkan kepada Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter.
“Redenom itu kebijakan bank sentral, dan dia nanti akan terapkan sesuai dengan kebutuhan pada waktunya, tapi (penerapan) enggak sekarang, enggak tahun depan,” kata Purbaya di Surabaya, dikutip dari detikJatim.
Purbaya juga menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin terburu-buru, mengingat proses ini membutuhkan kesiapan sistem keuangan nasional, pelaku usaha, dan pemahaman publik yang matang.