BACA JUGA:Misteri Kayu Gelondongan Banjir Tapanuli: Menteri LH Bongkar Fakta Mengejutkan!
Meski akses darat sempat terhambat, proses pendistribusian logistik ke wilayah terdampak mulai berjalan.
Bantuan disalurkan melalui jalur darat, laut, dan udara.
Data sementara mencatat, total bantuan yang sudah masuk ke Aceh Tamiang mencapai 18,2 ton via udara dan 1,8 ton melalui jalur laut.
Bantuan tersebut mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, obat-obatan, serta perlengkapan darurat.
Kehadiran bantuan diharapkan dapat meringankan beban warga yang kehilangan akses terhadap kebutuhan pokok akibat banjir.
Pesantren Jadi Simbol Ketahanan
Pondok Pesantren Darul Mukhlishin menjadi sorotan karena masih berdiri di tengah hamparan lumpur dan kayu gelondongan.
Bangunan masjid dan pesantren tampak kokoh meski dikelilingi material banjir.
Namun, akses menuju lokasi benar-benar terputus, sehingga menyulitkan tim bantuan untuk menjangkau para santri dan warga sekitar.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan mendalam.
Pesantren yang biasanya menjadi pusat pendidikan dan pembinaan masyarakat kini terisolasi oleh bencana.
Warga berharap pemerintah segera membuka akses agar bantuan bisa masuk dengan lancar.
Harapan Warga dan Tantangan Pemulihan
BACA JUGA:Hutan Gundul Picu Banjir Besar di Sumatera, Kemenhut Ungkap Lokasi Pembalakan Liar!
Banjir besar di Aceh Tamiang bukan hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga trauma bagi warga.
Tumpukan kayu gelondongan yang terbawa arus Sungai Tamiang menandakan adanya kerusakan ekosistem hulu yang memperparah dampak banjir.