Dugaan Korupsi Bansos: DPR Desak PPATK Ungkap Kebenaran di Balik Judi Online!

Dugaan Korupsi Bansos: DPR Desak PPATK Ungkap Kebenaran di Balik Judi Online--CICI AI
BACAKORAN.CO - Kabar mengejutkan datang dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang baru-baru ini merilis hasil analisis terkait penyalahgunaan dana bantuan sosial (bansos).
Dalam laporan tersebut, PPATK mengungkap bahwa sebanyak 571 ribu penerima bansos terindikasi terlibat dalam aktivitas judi online (judol).
Aktivitas ilegal ini dinilai sangat merugikan, terutama karena dana bansos seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat yang sedang berada dalam kesulitan ekonomi, bukan untuk disalahgunakan dalam kegiatan yang bertentangan dengan hukum.
Lebih lanjut, PPATK mencatat bahwa nilai transaksi yang terhubung dengan praktik judi online dari kalangan penerima bansos itu mencapai hampir Rp 1 triliun.
BACA JUGA:Waduh! Oknum Pejabat Kudus Diduga Adu Jotos di Tempat Karaoke Gegara Rebutan LC, Ini Faktanya
Angka ini bukan hanya fantastis, tetapi juga menggambarkan bagaimana sistem yang bertujuan mendukung kesejahteraan justru digunakan untuk tujuan yang bertolak belakang.
Ketua PPATK, Ivan Yustiavandana, menjelaskan bahwa data tersebut diperoleh melalui proses pencocokan Nomor Induk Kependudukan (NIK) penerima bansos dengan data salah satu bank yang menjalin kerja sama dengan PPATK.
Dari hasil analisis tersebut, ditemukan bahwa sebagian NIK yang terdaftar sebagai penerima bansos juga terlibat dalam transaksi judi online, bahkan ada yang terhubung dengan aktivitas korupsi dan pendanaan terorisme.
“Ini baru dari satu bank. Kami melakukan pencocokan NIK dan menemukan fakta bahwa beberapa penerima bansos ternyata juga aktif bermain judi online,” ungkap Ivan saat konferensi pers di Gedung DPR RI, Jakarta, pada Kamis, 10 Juli 2025.
BACA JUGA:Geger! Warga Temukan Mayat Tanpa Kepala di Kali Ciliwung, Diduga Pegawai Kemendagri
BACA JUGA:Gila! 85 Persen Beras Premium di Pasaran Ternyata Oplosan, Wilmar dan Kartel Digerebek Bareskrim!
Temuan ini mendapat perhatian serius dari DPR RI. Anggota Komisi III dari Fraksi NasDem, Rudianto Lallo, meminta agar PPATK tidak sekadar merilis data tanpa proses validasi yang ketat.
Menurutnya, publik perlu mengetahui tingkat akurasi data tersebut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau stigma terhadap penerima bansos secara umum.