bacakoran.co

Viral! Dua Siswi SMP di Lombok Timur Hujat Menu MBG, Kepala Sekolah Angkat Bicara

Viral! Dua Siswi SMP di Lombok Timur Hujat Menu MBG, Kepala Sekolah Angkat Bicara--Lombok Post

BACA JUGA:Pengantin Baru Asal Padang Ditemukan Tak Sadarkan Diri saat Bulan Madu di Penginapan, Sang Istri Tewas

Namun, tak sedikit pula yang menyuarakan empati, terutama setelah mengetahui latar belakang keluarga mereka.

Beberapa netizen bahkan mengajak masyarakat untuk tidak langsung menghakimi, melainkan mendorong pendekatan yang lebih edukatif dan suportif.

“Anak-anak butuh bimbingan, bukan cacian,” tulis salah satu komentar yang viral di platform X (dulu Twitter).

Kasus ini menjadi refleksi penting bagi pelaksanaan program MBG dan literasi digital di kalangan pelajar.

BACA JUGA:Klarifikasi Pengantin Pacitan dengan Mahar Rp 3 Miliar Tanggapi Isu Cek Palsu dan Kabur: Kami Baik-baik Saja

BACA JUGA:Viral! Kakek yang Cabuli Kakek di Tasikmalaya Terancam Lolos dari Hukuman: Niatnya Hanya Memijat

Di satu sisi, MBG adalah inisiatif mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah.

Namun di sisi lain, penyebaran konten negatif oleh siswa menunjukkan perlunya edukasi tentang etika bermedia sosial dan rasa hormat terhadap program sosial.

Pihak sekolah, pemerintah daerah, dan orang tua diharapkan dapat bersinergi dalam membentuk karakter anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam bersikap dan berkomunikasi di ruang publik.

Viral! Dua Siswi SMP di Lombok Timur Hujat Menu MBG, Kepala Sekolah Angkat Bicara

Ayu

Ayu


bacakoran.co - jagat maya kembali dihebohkan dengan beredarnya sebuah video berdurasi 23 detik yang menampilkan dua siswi dari salah satu sekolah menengah pertama negeri (smpn) di lombok timur, nusa tenggara barat.

dalam video tersebut, kedua siswi tampak mengulas menu makan bergizi gratis (mbg) yang mereka terima dari program pemerintah, namun dengan cara yang kontroversial.

mereka menyampaikan komentar bernada menghina, disertai kata-kata kasar dalam bahasa daerah, yang sontak memicu beragam reaksi dari warganet.

video tersebut awalnya dibuat sebagai bentuk candaan ringan antar teman.

namun, tanpa diduga, rekaman itu diunggah oleh pihak luar dan langsung menyebar luas di media sosial.

dalam hitungan jam, video tersebut menjadi viral dan memunculkan polemik di tengah masyarakat, terutama terkait etika siswa dalam menyikapi program bantuan pemerintah.

kepala sekolah buka suara: “video itu tidak direncanakan”

muhammad zaini, kepala smpn 1 terara, akhirnya angkat bicara untuk meluruskan berbagai spekulasi yang beredar.

ia membenarkan bahwa dua siswi dalam video tersebut memang merupakan murid dari sekolah yang ia pimpin.

menurut zaini, video itu dibuat secara spontan dan tidak memiliki niat untuk menghina atau merendahkan program mbg.

"kejadian ini insidentil, tidak terencana. yang mengunggah video ini orang luar sehingga menjadi viral," ujar zaini, seperti dikutip bacakoran.co dari detikbali pada sabtu, (11/10/2025).

zaini menegaskan bahwa pihak sekolah tidak akan tinggal diam. ia menyatakan bahwa kedua siswi tersebut akan mendapatkan pembinaan dan sanksi sesuai dengan aturan sekolah.

namun, ia juga memastikan bahwa mereka tidak akan dikeluarkan dari sekolah.

"yang jelas kami dari pihak sekolah tidak akan mengeluarkan anak tersebut. kalau pun siswi kami merasa terbeban oleh bully teman-temannya di sini, kami akan carikan sekolah yang lain. akan tetapi kalau mereka masih bisa di sini, akan kami berikan pendampingan dan pembinaan," tegasnya.

dalam penjelasan lebih lanjut, zaini mengungkapkan bahwa kedua siswi tersebut berasal dari latar belakang keluarga yang tidak utuh alias broken home.

ia menduga bahwa tindakan mereka dalam video tersebut merupakan bentuk pencarian perhatian akibat kurangnya dukungan emosional di rumah.

"mereka ini memang anak-anak yang broken home, sehingga kami akan berikan atensi khusus. kalau menurut saya mereka hanya mencari perhatian saja," tambah zaini.

pernyataan ini membuka diskusi lebih luas tentang pentingnya peran sekolah dalam memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang mengalami masalah keluarga.

banyak pihak menilai bahwa kasus ini bukan hanya soal etika, tetapi juga soal kebutuhan akan ruang aman dan pendampingan bagi anak-anak yang rentan secara emosional.

di media sosial, respons publik terhadap video tersebut terbagi dua. sebagian mengecam tindakan para siswi yang dinilai tidak sopan dan tidak menghargai bantuan pemerintah.

namun, tak sedikit pula yang menyuarakan empati, terutama setelah mengetahui latar belakang keluarga mereka.

beberapa netizen bahkan mengajak masyarakat untuk tidak langsung menghakimi, melainkan mendorong pendekatan yang lebih edukatif dan suportif.

“anak-anak butuh bimbingan, bukan cacian,” tulis salah satu komentar yang viral di platform x (dulu twitter).

kasus ini menjadi refleksi penting bagi pelaksanaan program mbg dan literasi digital di kalangan pelajar.

di satu sisi, mbg adalah inisiatif mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah.

namun di sisi lain, penyebaran konten negatif oleh siswa menunjukkan perlunya edukasi tentang etika bermedia sosial dan rasa hormat terhadap program sosial.

pihak sekolah, pemerintah daerah, dan orang tua diharapkan dapat bersinergi dalam membentuk karakter anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam bersikap dan berkomunikasi di ruang publik.

Tag
Share