Mereka juga mengkritik tindakan militer yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sejumlah tentara yang pernah bertugas di Gaza berbagi pengalaman mereka di depan audiens dalam konferensi tersebut.
Mereka mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap perintah yang diberikan, termasuk aksi penghancuran gedung-gedung yang dianggap tidak perlu.
Aksi ini untuk menunjukkan bahwa ada tentara yang tidak setuju dengan konflik ini.
BACA JUGA:Kepala dan Wakil Polisi Gaza Tewas Akibat Serangan Zionis Israel di Khan Younis
Bagi tentara ini perang hanya menciptakan lebih banyak korban dan penderitaan.
Meskipun gerakan ini masih terbilang kecil, para tentara menyebutnya sebagai puncak gunung es dari ketidakpuasan yang lebih luas di kalangan militer.
Mereka berharap aksi ini menjadi awal dari perubahan besar, menarik lebih banyak tentara untuk berbicara dan mendorong pemerintah Israel melakukan gencatan senjata.
Bagi tentara yang menolak perang, acara ini untuk membuka mata para tentara lain.
BACA JUGA:Banjir Bandang Hebat Serang Israel di Akhir Tahun 2024, Kota Lumpuh dan Mobil Mewah Terseret Arus!
BACA JUGA:Israel Lakukan Serang Ke Rumah Sakit Kamal Adwan, Pasien dan Staf Medis Terjebak
Para tentara ini ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dalam meragukan kebijakan perang ini.
Konferensi tersebut juga dihadiri oleh sejumlah aktivis dan masyarakat yang mendukung gerakan ini.
Mereka mengapresiasi keberanian para tentara yang bersuara melawan arus dan menyerukan dialog sebagai solusi untuk konflik berkepanjangan di Gaza.
Aksi para tentara ini menambah tekanan terhadap pemerintah Israel yang terus mendapat kritik dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri.