Gagal Masuk Sekolah Negeri, Warga Tangerang Selatan Blokir Akses ke SMAN 6 dan SMPN 17

Selasa 15 Jul 2025 - 07:57 WIB
Reporter : Puput
Editor : Puput

BACAKORAN.CO - Hari pertama Masuk Sekolah seharusnya menjadi momen penuh semangat bagi siswa dan orang tua.

Namun, suasana berbeda terjadi di SMA Negeri 6 dan SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan.

Akses utama menuju dua sekolah negeri tersebut diblokir warga Perumahan Pamulang Permai, buntut dari kekecewaan atas hasil seleksi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025.

Melansir dari video youtube CNN Indonesia, menurut warga mereka telah tiga kali berdialog dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, namun belum menemukan titik terang.

BACA JUGA:Viral! Aksi Protes Massal Orang Tua Murid di Cikarang Gegara Anak Gagal Masuk Sekolah Favorit

BACA JUGA:Orang Tua Harus Waspada! Game Roblox Terindikasi Jadi Tempat Predator Pelecehan Seksual Incar Anak-anak

Mereka bahkan berencana mengirim surat kepada Gubernur Banten untuk meminta keadilan.

Di sisi lain, pihak sekolah tetap melanjutkan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) meski akses utama terganggu.

Aksi ini menjadi sorotan publik dan memunculkan pertanyaan besar: apakah sistem zonasi dalam penerimaan siswa benar-benar berpihak pada masyarakat sekitar sekolah?

Atau justru membuka celah ketidakadilan yang memicu konflik horizontal?

BACA JUGA:Baru Sehari Masuk Sel, Tersangka Kasus Pencabulan Anak di Bali Tewas Dikeroyok dalam Penjara

BACA JUGA:Dedi Mulyadi Atur Jadwal Masuk Sekolah di Jabar Jadi Pukul 6 Pagi dan Sabtu-Minggu Libur, Netizen Pro-Kontra

Pemicu Aksi Blokade: Jalur Domisili yang Dipersoalkan

Warga RW 10 Pamulang merasa kecewa karena anak-anak mereka tidak diterima di sekolah negeri terdekat, meskipun secara geografis rumah mereka berada di sekitar sekolah.

Dari sembilan anak yang mendaftar, tak satu pun lolos seleksi jalur domisili.

Hal ini memicu aksi protes berupa penutupan akses jalan dengan rantai dan gembok, serta pemasangan spanduk bertuliskan “Akses ini ditutup karena sistem penerimaan siswa mengabaikan hak anak-anak kami bersekolah di lingkungan sendiri”.

Kategori :