Ia menyebut kejadian ini sebagai bukti nyata buruknya sistem pelayanan kesehatan di daerahnya.
“Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua,” kata Fakhiri saat mendatangi rumah keluarga Irene di Kampung Hobong, Sabtu (22/11/2025).
Kronologi Perjalanan Tragis
BACA JUGA:Miris! Kronologi Pasien KIS yang Ditolak RS di Padang Hingga Akhirnya Meninggal
Menurut keterangan keluarga, Irene mulai merasakan kontraksi pada Minggu siang (16/11/2025).
Keluarga segera membawanya menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari.
Namun, penanganan medis tidak segera dilakukan karena dokter kandungan tidak berada di tempat.
Proses pembuatan surat rujukan pun berlangsung sangat lambat.
“Pelayanan sangat lama. Hampir jam 12 malam surat belum dibuat,” ujar Abraham Kabey, Kepala Kampung Hobong sekaligus mertua korban.
Direktur RSUD Yowari, Maryen Braweri, menjelaskan bahwa Irene datang dengan kondisi pembukaan lima.
BACA JUGA:Viral! BKSDA Sumbar Evakuasi Anak Harimau Sumatera yang Terjerat Perangkap Babi di Agam
BACA JUGA:Waduh! Dulu Diselingkuhi, Kini Inara Rusli Diduga Jadi Pelakor, Ini Profil Lengkapnya
Hingga pukul 22.10 WIT, pembukaan sudah lengkap dan bayi mulai terlihat.
Namun, kondisi jantung janin menurun sehingga dokter menyarankan operasi caesar.
Sayangnya, rumah sakit hanya memiliki satu dokter kandungan yang saat itu sedang berada di luar kota. Irene kemudian dirujuk ke RS Dian Harapan dengan ambulans.
Di RS Dian Harapan, keluarga kembali mendapat kabar buruk.