BACAKORAN.CO - Setelah hampir dua pekan dihantui ketegangan dan saling serang antara Iran dan Israel, kedua negara akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan pada Selasa (24/6).
Konflik ini berlangsung intens selama 12 hari terakhir, dengan berbagai aksi militer saling membalas yang sempat mengguncang stabilitas kawasan Timur Tengah dan menarik perhatian global.
Gencatan senjata tersebut tercapai bukan tanpa tekanan. Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, mengambil peran penting dalam mendorong terciptanya perdamaian.
Melalui jalur diplomatik dan dibantu oleh mediasi dari pemerintah Qatar, Trump mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan kekerasan dan mengupayakan langkah damai.
BACA JUGA:Geger! Pengakuan Terbaru Iran Soal Kondisi Fasilitas Nuklir yang Digempur AS!
BACA JUGA:Polisi Pungli Rp100 Ribu ke Pengendara Motor di Medan Hanya Disanksi Patsus 30 Hari, Netizen Geram!
Dorongan Trump muncul setelah negaranya sendiri ikut campur langsung dalam konflik, pada Minggu (22/6), AS meluncurkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir strategis milik Iran.
Fasilitas tersebut diklaim hancur total dan tidak dapat lagi digunakan untuk mendukung produksi senjata nuklir.
Serangan tersebut menuai respons cepat dari pihak Iran.
Pada hari berikutnya, Senin (23/6), Iran membalas dengan meluncurkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Qatar, yakni Al Udeid.
BACA JUGA:Prosesi Penggantian Kiswah Ka'bah Bernilai 108 Miliar Mengundang Decak Kagum
BACA JUGA:Pengantin Wanita Ngaku Gadis Padahal Janda 3 Kali Bikin Pernikahan Ricuh, Pengantin Pria Murka!
Namun, serangan ini tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Yang mengejutkan, Trump justru tidak menunjukkan kemarahan atas serangan tersebut.
Sebaliknya, ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Iran karena telah memberikan peringatan sebelumnya mengenai niat serangan itu, sebuah respons yang tidak lazim dalam dinamika konflik bersenjata.