Menurut WHO, batas aman konsumsi MSG adalah 0–120 mg per kilogram berat badan per hari.
Meski tergolong aman, konsumsi MSG tetap perlu dibatasi untuk menghindari efek jangka panjang.
Mi Instan dan Karbohidrat Rafinasi
Komponen mi dalam mi instan berasal dari tepung terigu, yang termasuk dalam kategori karbohidrat rafinasi.
Menurut dr. Tan, makanan berbasis karbohidrat rafinasi bukanlah bahan pangan utuh dan dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat.
“Cepat membuat gula darah seperti yoyo. Mudah diserap jadi gula darah, lalu anjlok lagi,” ujarnya.
Berbeda dengan beras merah atau beras coklat yang masih memiliki kulit ari dan dicerna lebih lambat, mi instan cenderung cepat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, yang bisa berisiko bagi penderita diabetes atau mereka yang memiliki resistensi insulin.
Cara Membuat Mi Instan Lebih Sehat
Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo, menyarankan agar mi instan tidak dikonsumsi sebagai satu-satunya sumber makanan.
“Sama seperti makan nasi saja setiap hari, makan mi instan tanpa lauk juga tidak sehat,” ujarnya.
Untuk menjadikannya lebih bergizi, Toto menyarankan agar mi instan dikombinasikan dengan sumber protein (telur, daging, ikan), sayuran, dan lauk nabati.
Dengan begitu, tubuh mendapatkan asupan zat pembangun dan zat pengatur yang dibutuhkan untuk metabolisme dan daya tahan tubuh.
“Jika mau yang sehat, maka dibuat menu lengkap. Misalnya, mi ditambah telur, daging, atau ikan, ditambah sayur, dan lauk nabati,” tambahnya.
Seberapa Sering Boleh Konsumsi Mi Instan?
BACA JUGA:Jangan Buat Jus Buah! Begini Resep Minuman Herbal Penunda Lapar ala dr. Zaidul Akbar
BACA JUGA:13 Penyakit Jiwa Ini Bisa Hilang dengan Puasa, Simak Penjelasan dr. Zaidul Akbar
Terkait frekuensi konsumsi, dr. Tan menegaskan bahwa mi instan termasuk produk ultra proses yang bisa memicu berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi tanpa literasi gizi.