Menurut warga, ia pernah bekerja di Pabrik Gula (PG) Pakis, namun setelah berhenti, YL berubah menjadi pribadi tertutup dan tidak lagi bersosialisasi.
“Dulu katanya kerja di PG Pakis. Tapi setelah resign, dia tidak pernah keluar rumah selama delapan tahun, kecuali hanya untuk menerima pesanan makanan,” ungkap Prihanto.
Kepolisian Sektor Margorejo yang menerima laporan warga segera menuju lokasi bersama tim Inafis Polresta Pati, tenaga medis Puskesmas, dan BPBD/BNPB.
Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, dugaan sementara korban meninggal akibat serangan jantung (cardiac arrest).
“Hasil pemeriksaan dokter Puskesmas Margorejo, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Diduga korban meninggal dunia akibat serangan jantung,” jelas AKP Dwi Kristiawan, Kapolsek Margorejo, dikutip dari detikNews.
Polisi menduga, korban telah meninggal dunia sekitar empat hari sebelum ditemukan.
Kondisi rumah yang dipenuhi sampah menunjukkan dugaan bahwa korban mungkin mengalami hoarding disorder, gangguan mental di mana seseorang menimbun barang secara berlebihan tanpa alasan rasional.
Kapolsek Dwi Kristiawan menambahkan, korban dikenal sangat tertutup dan menjalani kehidupan yang hampir sepenuhnya bergantung pada layanan daring.
Ia memesan makanan dan barang kebutuhan melalui aplikasi digital, sehingga warga sekitar tidak menyadari jika korban telah meninggal dunia selama beberapa hari.
BACA JUGA:Viral! Rumah Oknum Polisi di Pejagalan Digerebek Warga, Istri Acungkan Sajam
“Korban dikenal hidup menyendiri. Untuk kebutuhan sehari-hari, korban biasanya memesan makanan dan barang melalui jasa daring seperti Grab. Hal inilah yang membuat warga tidak menyadari jika korban telah meninggal dunia selama beberapa hari,” jelasnya.
Polisi kini masih menelusuri keberadaan keluarga korban di Bandung untuk proses identifikasi lebih lanjut dan pemulasaraan jenazah.
“Kami hendak mencari keberadaan keluarganya, sehingga kami bisa mengomunikasikan tindakan selanjutnya,” tambah AKP Dwi Kristiawan.